Pola Makan Mempengaruhi Kesehatan Tubuh?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pertanyaan itu wajar timbul bila melihat
fenomena perkembangan penyakit yang begitu cepat
dewasa ini. Apakah karena akibat kemajuan teknologi,
atau memang manusianya sendiri yang sudah tak
perduli
dengan kesehatan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Untuk mencari jawaban yang tepat memang sangat
sulit,
apalagi untuk menyamaratakan jawaban untuk semua
jenis
penyakit yang muncul. Jawaban untuk penyakit radikal
bebas pasti berbeda hepatitis atau kanker sekalipun.
Menurut Prof. Randolf Nesse dari University of
Michigan, tubuh kita manusia tidak didesain untuk
menghadapi abad modern. Sebagai tokoh Darwinisme
medicine, ia teguh pada pendirian bahwa pola dan
gaya
hidup modern yang membuat lebih banyak orang sakit,
selain jenis penyakit (baru) bermunculan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, 'Penyakit manajer' yang
di dunia medis dikenal sebagai Manager's diseases
merupakan bukti ada ketidaksesuaian pasak dari tiang
(mismatch) antara tubuh manusia dengan
lingkungannya.
Rumah sakit modern banyak merawat orang yang menjadi
korban mismatch, yang kondisi fisiknya tidak lagi
seperti nenek moyangnya dulu. Salah satunya, soal
diet. Tubuh manusia sesungguhnya didesain berjalan
kaki 20 mil sehari untuk mencari makan dan minum.
Dietnya dipetik dari alam dari jenis yang serba
berserat, rendah lemak, dan amat sedikit garam
dapur.
Kultur makan seperti itu yang masih tersisa di zaman
modern, bisa ditemukan pada orang Eskimo, suku
Dayak,
dan suku-suku di pedalaman lain. Mereka tidak gemuk,
tidak terserang darah tinggi, tidak mengidap sakit
jantung atau kanker sebanyak orang modern.
Perjalanan
evolusi manusia yang menyebabkan kebanyakan manusia
sukar mematuhi nasihat kesehatan. Tubuh juga mudah
beradaptasi untuk menyukai yang sebetulnya tidak
sehat, seperti merokok, menu berlemak, dan kurang
gerak. Itu sebab penyakit-penyakit yang dulu tak
muncul, kini malah tampil ke permukaan.
Manusia makin jadi pecundang tiap kali menempuh
perjuangannya melawan penyakit. Kurang menu
berserat,
banyak lemak dan daging, tak lancar buang air besar
yang banyak dikeluhkan orang modern menjadi penyebab
mengapa kanker usus besar semakin meningkat pada
orang
modern. Berdasarkan data satu dari 11 orang di dunia
mengidap darah tinggi. Padahal, Suku Hunza di
Pakistan
rata-rata panjang umur. Pasalnya, mereka lebih
banyak
makan sayur, umbi-umbian, dan bebuahan.
Terbukti sekarang bahwa mereka yang vegetarian
seperti
suku yang rata-rata berumur panjang itu tensi
darahnya
lebih rendah dibanding orang yang menu hariannya
banyak daging. Karena daging dicerna lebih lama
dibanding sayur. Untuk mengkompensasi pencernaan
itulah tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak dalam
metabolismenya.
Penyakit kultur modern menggiring orang-oang makan
lebih banyak garam dapur. Asin menjadi cita rasa
dominan. Asupan garam dapur orang Amerika, seperti
juga kultur modern umumnya, rata-rata 9 gram (hampir
dua sendok teh), yang diperoleh dari restoran dan
makanan siap saji. Padahal, kebutuhan tubuh paling
banyak hanya 2,5 gram saja. Kelebihan sodium itu
yang
membebani tubuh, dan itu yang berakibat tingginya
angka hipertensi di kalangan orang modern.
Sekarang di negara maju, para dokter berlomba
menciptakan diet sehat DASH untuk mengendalikan
hipertensi (Dietary approach to stop hypertension).
Dasar ilmiahnya menekan kandungan natrium (sodium)
menjadi serendah mungkin, dengan pilihan menu lebih
banyak sayur dan buah ketimbang dedagingan. Asupan
sodium orang Amerika yang mengonsumsi 9 gram garam
dapur sekitar 3,5 gram/hari. Itu jauh melebihi
kebutuhan harian sodium tubuh.
Ketegangan hidup orang modern juga merangsang saraf
simpatik (penggiat), akibat hormon stres adrenalin
terus diperas membanjiri darah. Itu juga yang memacu
tekanan darah orang yang hidup di kota besar menjadi
lebih meningkat (diastolic hypertension), batas
tekanan bawahnya cenderung terus meninggi.
Orang modern yang sebetulnya tidak berbakat darah
tinggi (sebagian hipertensi sebetulnya bawaan),
tensinya berfluktuasi naik turun melompat-lompat tak
terkendali. Tensi liar begini disebabkan antara lain
oleh konsumsi daging, lemak, kolesterol yang
berlebihan. Pembuluh arterial cenderung menguncup
(konstriksi). Kalangan medik menjuluki gejala ini
sebagai kultur McDonaldization, ketika gerai burger
di
mana-mana sudah merambah ke desa-desa. Dulu tradisi
makan orang desa rata-rata bersumber dari ubi,
singkong, jagung, yang oleh kultur orang modern
berubah menjadi roti, makanan kaleng, penyedap, dan
menu olahan.
Pada saat yang sama, orang modern sendiri kini sudah
mulai menyadari pentingnya menu yang kembali ke
alam,
dengan memilih sayur dan buah organik, makan gandum,
umbi-umbian, dan menjauhi menu restoran siap saji.
Orang modern belakangan ini banyak belajar dari cara
makan orang Eskimo dan penduduk Okinawa Jepang yang
lebih banyak mengonsumsi ikan. Dan orang Italia yang
doyan makan kacang-kacangan. Dari suku Hunza yang
panjang umur sebab menu utamanya dari alam.
Sementara
pada saat yang sama hampir semua hidangan menu
modern
banyak kehilangan zat gizi yang dikandung bahan
alam.
Sebagian zat gizi yang bersifat esensial.
Jangan anggap enteng kekurangan zat nutrisi dalam
menu
harian. Gejala orang modern menderita kekurangan
gizi,
bukan isapan jempol belaka. Kejanggalan itu terjadi
lantaran cara orang-orang merawat hidup sudah
menyalahi kaidah hidup yang sesuai desain tubuh
sebagaimana mestinya. Struktur dan susunan gigi
geligi
manusia saja sudah memperlihatkan kalau tubuh kita
didesain untuk lebih banyak mengasup makanan
berserat
ketimbang dedagingan. Kekurangan vitamin, mineral,
berpotensi memunculkan penyakit baru atau penyakit
yang seharusnya tidak ada. Peran vitamin B6, B12,
asam
folat terhadap homocysteine, misalnya.
Belakangan ini diketahui kalau asam amino
homocysteine
yang ada dalam darah menyumbangkan efek pembentukan
karat lemak pembuluh darah koroner dan otak (Dr.
David
Tanne). Kadar homocysteine ternyata lebih tinggi
dibanding orang normal pada orang-orang yang
mewarisi
gen itu. Faktor homocysteine merupakan penimbang
lainnya yang menyokong terbentuknya karat lemak
dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Kolesterol tinggi saja belum tentu membentuk karat
lemak bila homocyteine tidak tinggi, atau bila tidak
ada peradangan pembuluh, atau bila tak ada lemak
jahat
lainnya. Karena itu, dilihat kalau terbentuknya
karat
lemak disumbangkan oleh banyak faktor, selain
tingginya lemak darah.
Kadar homocysteine tinggi bisa ditekan oleh vitamin
B6, B12, dan asam folat, yang murah dan mudah
didapat
dalam menu harian. Namun, bila menu harian kita
kebanyakan menu olahan, bukan menu alam, bisa
kekurangan vitamin yang murah itu. Selenium,
manganese, magnesium, kendati dalam takaran sedikit,
tetap dibutuhkan demi kesehatan jantung, misalnya.
Juga peran koenzim Q1O (CoQ10) pada fungsi jantung.
Diduga, menu dan cara makan orang modern banyak
menurunkan kecukupan zat gizi harian. Di antaranya,
zat gizi esensial, yakni yang harus ada dalam menu,
sebab tubuh tak bisa membuatnya sendiri. Teori yang
menyebutkan bahwa tubuh manusia diprogram untuk
mampu
hidup sampai 120 tahun, namun akan sia-sia bila
tidak
didukung upaya perawatan optimal. Kunci besar untuk
itu ada pada diet harian kita
Dikutip dari:
http://eramoslem.com/or/br/5b/22059,1,v.html
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar